Kamis, 30 Desember 2010

Download Video Klip Lagu Ambon

Download Video Klip Lagu Ambon

  • Pop
  • Hip Hop
  • Dangdut
  • lain -Lain

Download MP3

Download Lagu MP3 Ambon...

  • Pop
  • Hip Hop
  • Dangdut
  • Lain - Lain

Arles Tita Luncurkan Album R & B Cantik











JAKARTA-Penyanyi asal Maluku Arles Tita merilis album perdana bertitel Cantik dalam suatu syukuran sederhana di Jakarta, Selasa (15/11). Pekan depan, albumnya akan dilepas ke publik di beberapa kota, termasuk di Ambon.

Album Cantik berisi delapan judul lagu bergenre R & B Soul. Seluruh lagu diciptakan Arles sepanjang tahun 2010. Beberapa rapper ikut menjadi pendukung yakni Ikbal, Zabin, Adit Angwarmase dan Edeck Janjaan.

Selain lagu andalan Cantik, lagu lainnya adalah Cinta Takan mati (feat Ikbal), Dan Kutau (Kau yang terakhir), Hanya Kau, Jika Ku Tak Ada, Mengagumi Dirimu (feat Zabin), Yang Tak Terlupa (feat Adit Angwarmase). Ada juga satu selipan lagu Rindu Maluku (feat Edeck Janjaan) yang bernafas lokalitas Maluku.

Kepada Balagu di Jakarta, Arles menuturkan, albumnya dikerjakan secara independen, baik sejak merumuskan konsep sampai promosi dan distribusi. Musik dikerjakan di Takaruang Music Lab, sebuah home studio di Yogyakarta. Arles dan Edeck memadukan digital music dengan permainan instrument secara live.
"Beta memainkan sendiri keyboard, gitar, biola, dan sound effect terompet. Efek terompet pakai sisir rambut, terinspirasi Frans Sisir Rumbeno," kata Arles.

Arles berharap, album Cantik dapat memberi hiburan kepada publik, tetapi sekaligus menyuguhkan album R & B Soul sebagai alternatif di tengah semaraknya genre musik pop Indonesia. Selain itu, menurutnya, aliran R & B Soul terasa kosong atau kurang digeluti penyanyi asal Maluku. Sebab itu, dengan album Cantik, dia berharap dapat memperkaya khazanah dan keragaman orang Maluku dalam bermusik.

"Orang Maluku ada pada semua jalur musik. Namun jarang menggeluti R & B, jadi beta mencoba mengisi kekosongan itu," ujarnya.

Untuk distribusi yang juga dilakukan secara independen, album Cantik secara serentak akan diluncurkan di Jakarta, Yogyakarta, Manado dan Ambon, pekan depan. Sedangkan promo album ini selain melalui media cetak dan elektronik, juga melalui jaringan sosial di internet.

Penyanyi bernama lengkap Marcell Alexander Tita ini dikenal sebagai vokalis yang mempopulerkan lagu Maluku Panggil Pulang (2009) bersama sejumlah rapper dari Molucca Hip-Hop Community (MHC) dan rapper Belanda Ambonwhena Aratwaman. Lagu Maluku Panggil Pulang dikerjakan secara keroyokan dan disebarkan secara cuma-cuma melalui internet. Ternyata lagu produk home studio di Ambon, Jakarta dan Yogyakarta itu dipilih mengiringi Giovanni Van Bronckhorst saat pertandingan perpisahan dengan sepakbola di Rotterdam, pasca World Cup 2010.

Bersamaan dengan lagu Maluku Panggil Pulang, Arles dkk merilis album Molukka Island Vibes. Album ini beredar luas di Belanda dan Indonesia, apalagi bisa didapat secara free download. Arles dan sejumlah kawan itulah yang ikut mendukung album Cantik.

Bagi publik Ambon, Arles tidaklah asing. Suaranya sudah sering terdengar di radio-radio swasta melalui lagu daur ulang Amper Kalelerang (Semmy Toisuta) dan Beta Balayar Jauh. Kedua lagu juga beredar secara luas di kalangan kawula muda Ambon karena memang lagu-lagu tersebut diluncurkan secara gratis. Arles membuat album Cantik, juga berkat dorongan banyak sahabat dan penggemarnya yang menanyakan album solonya.

Arles berharap, Cantik dapat memuaskan para penggemar dan publik yang selama ini sudah menanti kehadiran albumnya. (balagu)

BACA JUGA Arles Tita, Penyanyi Dengan Banyak Talenta Musik http://balagu.com/node/3241

Musik Rap Makin Merasuk di Maluku









DATANGLAH ke pedalaman Seram dan Buru. Atau di Kei, Aru hingga Maluku Barat Daya. Nun di sana, jangan kaget mendengar musik rap. Di atas angkot, kapal perintis, speedboat, atau di bawah pohon cengkeh dan duren, selalu ada suara penyanyi yang begitu pleces.

Tahun-tahun belakangan ini, musik rap memang berkembang di Maluku. Para muda sangat antusias. Musik yang berawal dari para budak negro abad silam itu, kini telah merasuk ke orang Maluku yang sangat musikal.

Sebenarnya, rap bukan baru dikenal di Maluku. Tahun 1980-an, orang muda sudah menyukai lagu-lagu Mc Hammer, Mili Vanili, Eric Tamerlan, Iwa K dan Denada. Tapi, pada masa itu, orang muda baru sebatas penikmat. Untuk mencipta atau menjadi penyanyi, para muda lebih senang aliran pop, rock atau jazz ketimbang rapp.

Tahun 2005, Arthur Ratumanan (Furiuz Stylez) meluncurkan lagu rap Kepala Batu. Lagu berisi kemarahan pemuda Maluku di Belanda itu, beredar luas di tanah air. Namun karena terlalu vulgar makian, orang hanya mendengarnya di kamar.

Tahun 2007, ketika simpatisan RMS menerobos acara Harganas di Lapangan Merdeka Ambon dengan tarian cakalele, Iqbal Sangadji dan kawannya di Yogyakarta ikut marah. Kemarahannya dicetuskan dalam lagu RMS Diss. Musik dan liriknya langsung kentara sebagai kontra Furiuz Stylez

Meskipun Kepala Batu dan RMS Diss sama-sama berisi makian dan tidak bebas diperdengarkan di tempat umum, namun pengaruhnya cukup kuat. Seniman muda mulai tertarik mengekspresikan perasaan dan gagasannya melalui jenis musik ini.

Tidak heran, ketika Molukka Hip-Hop Community (MHC) digagas tahun 2008 oleh Morika Tetelepta dkk, secara susul menyusul, sejumlah komunitas hip-hop muncul di mana-mana. Anak-anak muda makin berani bereksperiman. Mereka tak hanya mencipta lirik, tetapi juga membuat beat di home-home studio.

Satu unit komputer dengan software FL-Studio, cukup untuk menghasilkan beat. Dari sini, mereka sendiri melakukan pengisian suara, editing, mixing dan mastering. Setelah selesai, lagunya diluncurkan di facebook, my-space, blog. Dari situ, peredarannya tidak tertahankan.

Saat ini, sejumlah lagu rap milik MHC sangat populer di radio swasta, dan dikoleksi di handpone anak muda. Lagu Maluku Beta Pulang dengan vokal Arles Tita, rap Morika dan Althien Pesurnay, sangat mendapat tempat di hati. Begitu juga lagu Semmy Toisuta Amper Kalelerang yang dinyanyikan Arles, Althien dan Gilang Ayuba. Saking disukai, acara reality show Trans-7 yang dipandu Dorce Gamalama, memakai lagu Maluku Beta Pulang dan Maluku Manis garapan MHC.

Morika menyebutkan, komunitas MHC di Ambon, Jakarta dan Yogyakarta telah meluncurkan lebih 50 judul lagu secara cuma-cuma kepada publik melalui internet. Satu album kompilasi bertitel Molukka Island Vibes dipasarkan di Belanda.

Dengan bendera MHC, kini bernaung sejumlah seniman rap. Nama-nama mereka makin dikenal melalui lagu, maupun show di pentas lokal. Ada Morika, Mark Ufie, Ivan Pattinama, Berry Revelino, Aland Tanahitumesing & Patrick Leleury, Faradila Saban, Cintya Tengens, Hilqya Latupapua & Eliza de Lima, Rap 57 (Eyang Malawat & Yudhis), Sageru (Arles Tita, Franz Nendissa dan Althien Pesurnay), Nunusaku Tribe (Henry Tetelepta dan Nixon Pormes), dan sejumlah seniman lain.

Di MHC Jakarta dan Yogyakarta, selain Arles dan Althien, ada juga Bakutumbu (Iqbal Sangadji, Aditya Angwarmase dan Gilang Ayuba), The Tetemomo (Dharma Angwarmase & Edeck Yanyaan). Sebagian personil MHC sempat tampil dalam pentas akbar Ambon Jazz Plus Festival 2009.

Menurut Morika, seniman rap kini mulai bergeser dari trend maki-maki ke trend pencerahan. Rasa cinta tanah gunung, pujaan kepada Negeri Maluku, bahkan bakti kepada ibu maupun orang-orang tercinta, kini bisa diekspresikan secara indah dan agung melalui musik rap.

“Kami tidak malu-malu mengembangkan musik rap di Maluku. Kami ingin Maluku menjadi maju dan besar, juga melalui cara kami yaitu musik rap,” kata Morika di Ambon. (Rudi Fofid/WOM)

Asal Kata Nunusaku

KEBENARAN SEJARAH " NUNUSAKU "


Dengan Nunu Saku di maksudkan Pohon Beringin ( Buyan Tres ) . Tetapi Nunu Saku sesuai penjelasan tradisionil lebih menyerupai pohon popythea seperti jenis yang di gambarkan oleh A.R Wallace ( Malay Archipelago 1869.p.64).

" Nunu Saku " terbentuk dari tiga kumpulan akar yang berpijak pada tepi sebuah danau; pohon bertumbuh menutupi danau.

Dari tempat dimana akar akar-akar memusat menjadi satu, keluarlah air yang mengisi danau ( Waele Butui - Air dari alat kelamin laki-laki). Air dalam danau disebut : Nunu Wae Sane = satu satu air suci yang kudus yang hidup dan yang abadi. Dari danai ini air menghilang kedalam bumi dan melalui terowong didalam tanah muncul kembali sebagai mata air pada bagian hulu ketiga batang air, dan melalui ketiga batang air Eti - Tala - Sopalewa di antarnya air turun kemuara.

Pada awalya Kapua Upu ila Kahuresi menciptakan alam semesta ( ASA ) menampilkan Bapak Matahari = Upu Tahola; ibu Bumi : Upu yama ese dan pengawalnya bumi : upu ila kae = Bulan.

Selama pertumbuhan mereka dari masa kanak-kanak hingga dewasa, terjadilah bahwa sang bapa matahari menaruh hati pada ibu bumi dan sebaliknya; maka ketika sinar pertama dari bapa matahari menyentuh ibu bumi, Hamilah ibu bumi sembilan zaman lamanya sesudah genap waktunya lahirlah : " Alif Uru " = Manusia Awal.!


" TEMPAT KELAHIRAN TERSEBUT ADALAH NUNU SAKU " Alif Uru minum dari air dan makan dari daun dan buah yang bertumbuh pada pohon yang suci kudus itu. Berikutnya bertambah banyaklah manusia awal ( wanita pertama keluar dari pohon pisang dan bambu). kemudian mereka diawali oleh empat kepala; tiga diantaranya melambangkan masing-masing : Nafsu, Jiwa, rasa dan ratio di dalam manusia yang saling bertentangan yang satu terhadap yang lain dan sebaliknya.


Ai Ukene (Lisabata)

  1. Latu teru ijele hena ponie = Betul di negeri dulu ada tiga raja
  2. Si Ambamuwe nunu jela lehui = Semua keluar di baringin besar
  3. Ni sama ini waele senu waele = ini air besar semua sama saja
  4. Si amanu pakea ni pakeana = Kasih hanyut ini pakaian- pakaian
  5. Ama kai latu uhu inai = Nanti saja harus naik jadi raja
  6. Sine Nua latu nuhu selane = Dua raja ini punya kuasa sama
  7. Nuhu selane nete naru penusi = Kuasanya sama tetapi hatinya tidak betul
  8. Si manahu mambuasa = Lain kasih jatuh lain
  9. Lembea one Welea = Adu kekuatan di dalam air
Karena faktanya ketiga latu tidak mampu hidup bersama secararukun dan harmonis, maka dengan demikian mereka telah melanggar hukum : " Persekutuan Awal " yang telah ditegakkan oleh moyang moyang mereka sebagai : hukum " Sirih Pinang " ( Sirih, kapur, pinang, tembakau, dan cengkeh ).

Hukum yang telah diatur dalam persekutuan ini ialah : " Kita semua satu dari satu tubuh dengan " Kapua Upu Ila Kahuressi " sebagai kepala dan " totalitas" Maka kepala yang keempat yang melambangkan " Kuasa Roh " dalam manusia memerintahkan ketiga kepala untuk pergi dari lokasi Nunu Saku dan menjelajah bumi, Masing-masing mereka dengan kelompok yang berada di bawah pimpinan mereka. Dijanjikan kepada mereka bahwa Kapitan Besar akanmengatar mereka kembali untuk memperbaharui persekutuan awal; Menegakkan kembali hukum " Sirih Pinang " dan menyatukan mereka kembali ketiga Latu kembali ke gunung Fah ( di Ulate Inai ) untuk memperbaharui persekutuan awal karena Uru telah melupakannya, Maka sejak itu mereka di berikan nama " Hara Fah Uru " atau " Harafuru " yang arinya : URU DARI GUNUNG FAH. ( seperti zaman sekarang jelas masih dalam Peta laut harafuru atau di sebut arafuru atau laut alifuru atau Laut Arafuru ).


  1. AI UKENE ( Nomali = Huelehu) = (Pesan) Ama - Ina untuk uru didalam ini ( Bomali- Nuwelehu)
  2. Manu Tula potike sapalene = Roh dari langit diraih oleh upu yang datang bertemu dengan kau dialam ini
  3. Rutu keku Nunusaku retui = Uru kalau dinunusaku baiknya pakai rutu-rutu
  4. Kaha ketu waele teru, waele = Pergilah sampai keatas sampai keair besar - Tiga air besar
  5. Sapawela surikamba-lesi = Sapawela yang menyapu bersih pada pandangan pertama seperti uli mengamati dan membela
  6. Waele eti moni tihu mitene = Air besar eti bagaikan imam besar yang menegakkan hukum
  7. Waele tala tahi sane samane = Air besar tala yang menghasilkan satu tubuh yang kekal dan paling berharga
  8. Runa essi patia teru, one walea joo! = Anak uru kuasa terbagi tiga langgar air yoo!
  9. Runa essi latua teru = Anak uru kuasa dari Allah tua benar tiga.
Kemudian persekutuan ditegakkan kembali " Sesudah mana kembali mereka turun lewat batang - batang air kini sebagai manusia dari gunung Fah untuk melaksanakan Hukum : Heka - Leka sampai Kapitan Besar Riri Ama ( Bapa Hakim ) mengantar mereka kembali ke Nunu Saku untuk selama-lamanya.
  1. Turu lau haha ika kau e yami = itu orang jauh didaratan tinggi seperti kita juga
  2. Hale nusa opono lease e yami = kita semua disebelahnya pulau ambon dan lease
  3. Uling enye liasa manima = Satu kali potong tali putus ( dan ) gasepa terguling lepas
  4. Nasi totol lema urie = Bermain hanyut menyesakkan nafas
  5. Biang huta kamu kamu mouputi = Biang kamu kamu (menutup) permukaan dan tubuh. Menjadikan kita putih( agar tidak terlihat oleh orang lain)
  6. Riri ama tutu hena sepa o = riri ama tegakan negeri asli o!
  7. Riri ama kwae hena sepa o = riri ama cari negeri asli o
Demikian Nunu Saku adalah tempat dari pada awal kemana URU di dalam alam semesta akan di hentar kembali setelah dia memenuhi hukum " Leka " dan dipesankan bahwa hanya URU yang telah dilahirkan Baru " LEKA " - URU yang telah menyatu dengan alam semesta dapat menemui dan melihat NUNUSAKU
Nunu Saku = Unu Nusa Asa Ku = Bagian pulau dimana ku menjadi satu dengan Asa yang tunggal.


" KERANGKA DASAR SIWA-LIMA "

URU LELAKI DAN MATAHARI TERBIT

Supaya lebih dekat pada POLA PEMIKIRAN SIWA LIMA pendekatan ini mengusahaakan mengikuti jejak-jejak para pemburu Pola Dasar Siwa Lima milik mereka sendiri, ditegaskan demikian oleh salah satu dari pada yang memangkunya. Totalitas berasal dan menyeluruh ASA secara fungsionil di divensiasikan serta bertumbuh di dalam diversifikasi menuju sublemasi kembali ke asal, dengan integrasi sebagai suatu konstant.

Kerangka dasar SIWA LIMA sebagaimana dikatakan sebagai Multi Dimensional Spiritual, Mental maupun Pisikal. Pengertian dari pada totalitas Sangatlah berharga sebagai suatu konsep fundamental. Manusia ( Tubuh ) adalah model ( Kerangka Dasar ) untuk totalitas, akana tetapi juga untuk pembidangan diferensiasi dan difersifikasi fungsional yang mengikuti suatu peraturan khusus. Urutan ini tidak hirarki tetapi terikat pada senioritas ( Ketuaan ) dari pada lambag yang diwakili setiap pembidanan/diferensiasi.
Keempat dasar fungsi utama adalah symetrical serta menyatu kembali bersama kedalam totalitas. Andaikata di bandingkan pendekatan ini di dalam bahasa cinematografi, maka subjek tersebut dipandang terlebih dahulu dari pada sudut lebar. Berikut dari urutan peneropongan “ Close “. Close up ini mengikuti urutan simbolik dari pada senioritas setiap masalah bersangkutan ( seperti akan di ekspose : urutan senioritas ini adalah variabel).


Mitos menempatkan asal dari pada manusia sebagai pola pemikiran di pusat pegunungan di tengah dan bagian barat dari pulau Seram di Maluku Tengah.
Selama berabad abad mereka meluas dan menempatkan dirinya di pulau pulau sekitar : Buano, Kelang, Manipa, Buru, Ambon dan Uliase ( Haruku, Saparua, Nusalaut )dimana mereka masih menetap sampai dengan sekarang ini.

Sesuai sejarah setempat, generasi-generasi yang mengatur migrasi tersebut telah berlangsung sejak 3000 tahun sebelum masehi. Penelitian ini dilaksanakan di lapangan Seram, Ambon, Manipa dan sebagian besar di bawah bimbingan dari Bapak Ir. S.J.M Sijauta yang memperkenalkan peneliti pada tradisi SIWA LIMA dan seluk beluknya. Terima kasih tak terhingga dari saya katanya dan pada penduduk Seram, Ambon, Leitimor, Hitu dan Manipa.

Penelitihan dilangsungkan di bawah asuhan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Sponsor oleh Universitas Pattimura Ambon dan di dukung leh Leopold III Foundation Oleh Belgian Foundation untuk peneliti antropologi oleh kementrian Belga untuk French Community dan oleh Fric University of Brussels dan bukunya “ URU SON OF THE SUNRISE “ tahun 1983-1984.
Dan sebagai tambahan informasi, sebuar developer pengembangan game Ubisoft merilis sebuah game dengan dasar cerita diambil dari sejarah Nunusaku ini dengan nama Myst - Uru Ages beyond mist.

Asa Kata Maluku




Salah satu persepsi yang salah tentang sejarah kita adalah mengenai Maluku. Selama ini kita menganggap bahwa wilayah di bagian timur nusantara ini sebagai wilayah salib, namun justru sebaliknya. Nama 'Maluku' sendiri berasal dari kosakata Arab "Al-Mulk"yang berarti "Tanah Para Raja". Berbagai literatur menyebutkan bahwa orang-orang Arab telah berdagang di Maluku sejak abad ke-9 M. Thomas Arnold dalam Preaching of Islam juga menyatakan jika bangsa Arab telah masuk terlebih dahulu ketimbang bangsa-bangsa non muslim.

Orang-orang 'Al-Mulk' dulunya disebut "Alifuru", sebutan untuk sub-ras Melanesia yang pertama mendiami pulau Seram dan pulau-pulau lainnya di Maluku. Istilah 'Alifuru' berasal dari kata "Alif" dan "Uru". Alif adalah abjad Arab yang pertama, sedangkan Uru berasal dari bahasa Hitu Kuno yang artinya 'datang secara perlahan', jadi Alifuru artinya orang yang pertama datang. Selain itu banyaknya penggunaan kosakata Arab dalam penamaan benda, tempat, peristiwa yang bersifat lokal di Maluku juga mengindikasikan jika sejak dahulu kala orang-orang Arab telah berpengaruh di sana.

Sumber : http://extraordinaryformoluccas.blogspot.com

Molukka HipHop Community


Penyanyi Belanda berdarah Maluku Ambonwhena Aratuaman (tengah) bersama beberapa personil Molukka Hip-Hop Community (MHC) yakni Iki, Althien, Iqbal Sangadji, Idrus Salampessy dan Morika Tetelepta di Ambon. Mereka berkolaborasi dalam album hip- hop "Maluku Panggil Pulang' yang ternyata mendapat sambutan positif dari berbagai kalangan (foto : echek)

Satu siang di teras rumah keluarga Tetelepta, di Rumahtiga Ambon. Cuaca cerah bulan Juli 2008 di Kota Manise ini, seperti menyambut Althien Pesurnay dan Frans Nendissa, yang baru datang dari Tanah Jawa. Berry Revelino sudah ada di situ. Morika Tetelepta, si tuan rumah memetik gitar.

Empat orang muda ini sekedar melepas kangen. Maklum, mereka bersahabat tapi terpisah karena kepentingan studi. Jadi musim liburan benar-benar dimanfaatkan untuk bertemu. Tapi perjumpaan itu ternyata melahirkan diskusi serius. Musik !

Frans membawa cerita tentang perkembangan trend musik di Kota Kembang, Bandung. Ia bercerita tentang selera orang muda di sana. Althien, membawa cerita dari Jakarta. Tapi Morika mengingatkan gagasan yang pernah mereka bahas secara sepotong-sepotong di email, sms dan chating.

Usia yang relatif sama dengan minat yang juga sama pada jenis musik hip-hop, membuat Morika dkk sepakat berbuat sesuatu untuk musik Maluku. Pilihannya adalah membangun komunitas hip-hop dengan basis Ambon.

“Pokoknya kita ingin berbuat sesuatu untuk Maluku, melalui musik,” ungkap Morika kepada Balagu di Ambon, Sabtu (13/3).

Siang itu juga, konsep Molukka Hip-Hop Community (MHC) dimatangkan dan disepakati. Saking semangat, mereka mengabadikan peristiwa itu dengan menggarap sebuah lagu. Liriknya ditulis dan diperbaiki secara rame-rame. Jadilah lagu MHC Anthem. Sepenggal liriknya menggambarkan situasi musik sekaligus ajakan untuk mengembangkannya.

“Kapan tempo dengar tahuri babunyi
Dalam kampong sunyi
Tagal samua MC lari basambunyi”

Hari itu juga, lagu MHC Anthem langsung masuk proses recording di home studio milik Morika. Dari sana, setelah proses mixing yang memakan waktu dua pekan, lagu tersebut diluncurkan ke publik. Para muda ini memilih internet sebagai media publikasi dan sosialisasi keberadaan mereka. Situs yang dipilih waktu itu adalah www.my.space.com, www.nsnips.com, www.hiphopindo.net

Langkah kecil Morika dkk ini ternyata mendapat respon dari berbagai kalangan. Para netters di berbagai kota menyambut kehadiran MHC. Mereka memberi dukungan supaya hip hop bisa terus hidup di Maluku.

Morika dkk juga mendapat dukungan motivasi penyanyi hip hop senior di Ambon seperti Hanny Wattimena. Dalam suatu kesempatan, Hanny mengaku bangga ada anak-anak muda di kota ini tertarik hip-hip. Dia bahkan bersedia membantu jika diperlukan.

MHC kemudian melebarkan sayap. Para anggotanya membangun jaringan di Jakarta, Yogyakarta dan Salatiga. Saat ini, MHC sudah menyebar sampai ke Jawa. Di Jakarta ada Althien Pesurnay. Ia menggandeng kawan-kawan dari Ambon seperti Iki, Idrus Salampessy dan Ecek Sialana.
Di Yogyakarta, MHC dihidupkan oleh The Baku Tumbu dengan personil Dharma dan Adith Angwarmase, Edek Yanyaan, Iqbal Sangadji, Gilang Ayuba. Sedangkan di MHC Salatiga, ada Kelompok Bounty (Kiong Hehanusa dkk).

Dalam dua tahun belakangan ini, ternyata MHC di Ambon makin mendapat dukungan. Beberapa kelompok datang bergabung. Mereka antara lain The New Saaru (Felix Sopamena, Aries de Lima dan Cyntia Tengens), Nunusaku Tribe (Nixon Pormes dan Hendry Tetelepta), Rap 57 (Eyang Malawat dan Yudhis), Rap Till Die (RTD) yang digagas Revelino Berry. Ada Brown Familly yang terdiri dari sekitar 10 orang muda. Beberapa lainnya bersolo karier seperti Mark Ufie, Kiki Latupapua dan lainnya.
Morika bangga sebab selain MHC, di Ambon saat ini ada pula komunitas lainnya seperti White Hip Hop Community (anak-anak muda Waihaong), Akom BTN Kebun Cengkeh – Batumerah, Boven Alles (Jalan Permi Waihaong) dan Triple House Generation (Rumahtiga)

“Tahun 2007, belum nampak peminat hip-hop secara nyata seperti sekarang. Namun 2009, di mana-mana di Ambon ada kelompok hip-hop. Jadi ada pertumbuhan kuantitas, walaupun secara kualitas, masih harus terus berbenah,” papar Morika.

Dalam satu tahun belakangan ini, warga Maluku di seluruh dunia makin mengenal MHC. Pasalnya, mereka mendapat kesempatan tampil di panggung festival Ambon Jazz Plus Festival 2009. Saat itu, publik Ambon tidak saja melihat penyanyi Maluku kelas dunia, tapi juga wajah-wajah personil MHC. Para muda mulai kenal dekat dengan grup-grup MHC seperti The Baku Tumbu, Sageru dan beberapa person.

Selain penampilan di AJPF 2009, publik makin mengenal grup-grup ini, terutama karena mereka secara koloboratif bersama penyanyi Belanda yakni Ambonwhena Rafaelo Aratuaman menelurkan klip lagu Maluku Panggil Pulang. Klip ini diluncurkan di YouTube.com dan sudah diakses puluhan ribu pengunjung. Sedangkan di Belanda, klip ini beredar dalam bentuk CD.

Selain mengembangkan minat dan bakat pada dunia musik, menurut Morika, konsep MHC juga menumbuhkan rasa sayang pada Maluku. Jadi menyangkut tanah, gunung, alam, laut dan segala isinya, manusia dan kebudayaannya, pokoknya segala sesuatu tentang Maluku,” jelasnya.

Hal lain yang secara sadar dilakoni adalah para personil di MHC senantiasa membangun relasi lintas batas. Para anggotanya datang dari latar belakang etnis dan agama yang beragam. Perbedaan ini, menurut Morika, adalah kekayaan sekaligus keunggulan MHC dibanding beberapa komunitas yang sangat terbatas.

Spirit inilah yang tercermin dalam lirik Maluku Panggil Pulang.

Satu darah seng ada yang kas beda laeng Samua tabungkus dalam satu kaeng Utara, Lease sampai Tenggara Jauh Laeng sayang laeng Itu yang katong mau

(rudi fofid-balagu.com)

Antara Maluku dan Timnas Belanda

Kenapa Maluku identik dengan timnas Belanda? Jika saya menguraikan panjang lebar maka kita akan memulainya dari titik sejarah penjajahan Belanda yang beratus-ratus tahun di Indonesia. Istilah “Belanda Hitam” untuk orang Maluku yang dipecayai sebagai kasta kelas dua dalam tentara KNIL (Koninklijke Nederlands(ch)-Indische Leger) adalah sebuah ikatan sejarah masa lalu. Sejarah kelam yang membuat banyak tentara KNIL Maluku yang menetap di Belanda dan menghasilkan keturunan warga Maluku yang cukup banyak di negeri Belanda. Sejarah juga yang membuat perdebatan pendirian Republik Maluku Selatan (RMS) yang tak kunjung selesai sampai sekarang. Harus diakui, sisa-sisa RMS masih ada dan eksis di negeri Belanda. Tapi disini, saya tidak mengaitkan hal itu, karena sepakbola adalah sepakbola, saya tidak mau mencampurinya dengan urusan politik dan sebagainya.

Keterlibatan orang Maluku sebenarnya sudah ada sejak Piala Dunia pertama tahun 1938. Saat itu kesebelasan Hindia-Belanda membawa nama Kerajaan Belanda, bukan Indonesia. Hal mana perlu saya luruskan, karena ada perdebatan mengenai keabsahan Indonesia pernah mengikuti Piala Dunia. Memang, sebagian besar pemainnya adalah warga Indonesia yang bukan pemain FIFA, tetapi mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan Belanda. FIFA tetap mengakui Hindia Belanda disertakan atas rekomendasi NIVU (Nederlandsche Indische Voetbal Unie) bukan PSSI yang waktu itu kepanjangannya Persatuan Sepakraga Seluruh Indonesia.

Dari daftar pemain Hindia-Belanda di Piala Dunia 1938, terseliplah beberapa pemain Maluku seperti Hans Taihuttu, Frederik Hukom dan Tjaak Pattiwael. Ketiga pemain Maluku ini berbaur bersama pemain dari Jawa (Nawir dan Suvarte Soedermadji), Tionghoa (Tan Djien, Bing Mo Heng, Tan Se Han dan Tan Mo Heng) serta pemain asli Belanda seperti Beuzekom dan Henk Sommers. Jadi kalau anda melihat timnas Belanda multiras seperti sekarang ini, sebenarnya itu sudah terbentuk sejak awal.

Keterlibatan orang Maluku di timnas Belanda pada era modern tidak lepas dari sosok Simon Melkianus Tahamata. Selama bermain, pemain kelahiran Vught Belanda pada 1956 silam ini berposisi di sayap kiri. Simon merupakan putra asli Maluku. Dia sudah memperkuat timnas Belanda sebanyak 22 kali dan mencetak dua butir gol. Setelah gantung sepatu akhir 90-an, Simon sibuk menjadi pelatih di Ajax junior. Simon mengawali karier bersama Ajax pada musim 1976/77. Karena cedera, dia sempat absen selama dua musim dan kembali membela Klub Anak-anak Dewa itu di musim 1979/80, dan hingga akhir musim dia mampu mengemas 17 gol. Namun, setelah malang melintang di Divisi Utama Belanda, Simon kemudian hijrah ke kompetisi Belgia (Standar de Liege) musim 1982/83. 1984 dia kembali ke Belanda dan merumput bersama Feyenoord Roterdam.

Entah mengapa, Simon kembali ke kompetisi utama di negara tetangga Belanda itu dan membela panji-panji Beerschot dan Germinan Ekeren di Standart de Liege. Tapi seiring perjalanan waktu, merasa tak puas di kompetisi Belgia, Simon mencoba peruntungan di karpet Timur Tengah dan memilih berbaju klub Arab Saudi, Al-Ahli sebelum kembali ke negeri kelahirannya —Belanda— pada akhir 1987. Pulang dari Tanah Arab, Simon membela Feyenoord Roterdam dan mengakhiri karier di markas De Kuip pada 1996 silam. Semasa jayanya Simon ikut dipanggil membela timnas Belanda selama hampir delapan tahun, yakni dari 1979 hingga 1986. Ia pun masuk armada Belanda untuk penyisihan Piala Dunia 1982 Spanyol dan 1986 Meksiko.

Bryan Roy, eks Timnas Belanda di Piala Dunia 1994 dan 1998—-yang mengaku punya darah Maluku–menuturkan bahwa saat masih muda, dirinya pernah mendengar kalau Simon Tahamata, yang juga legenda Ajax, pernah ditolak pemerintah Indonesia di jaman Menteri Kehakiman, Ali Sadikin. Padahal, kata Roy, setelah mencermati sepak terjang dan prestasi tim nasional selama hampir 10 tahun terakhir, ide mendatangkan Simon Tahamata bukan sesuatu yang tabu. Karena Simon adalah satu-satunya pemain berdarah Maluku, yang peduli dengan pemerataan sepak bola di negara ketiga, seperti Indonesia.
Sungguh amat disayangkan!


Tidak Pernah Habis!


Jadi, kalau Indonesia masih bermimpi akan bermain di Piala Dunia, tidak dengan orang Maluku. Keikutsertaan timnas Belanda di setiap perhelatan internasional, selalu ada pemain keturunan Maluku yang disertakan. Ada sebuah kebanggaan bagi beberapa kerabat yang tinggal di Maluku, jika pemain yang masih mempunyai tali persaudaraan ikut bermain di even tertinggi seperti piala dunia. Beberapa marga Silooy yang banyak tinggal di daerah Latuhalat dan Amahusu tetap mempunyai cerita turun temurun untuk anak cucu mereka karena keikutsertaan Sony Silooy di piala dunia 1994.

Tapi tidak ada yang paling membanggakan selain marga Sapulette, dari desa Ulath, Pulau Saparua Maluku Tengah. Ya, Sapulette adalah marga asli ibu dari kapten timnas Belanda di Piala Dunia 2010 sekarang, Giovanni van Bronckhoorst. Dari semua pemain keturunan Maluku, tidak ada yang bisa mencapai prestasi tertinggi dari Gio (nama panggilan). Ban Kapten tentunya sebuah kebanggaan dan tentunya bukan asal-asalan kepercayaan itu diberikan pelatih Bart van Marwijk. Pengalaman bermain bersama Feyenoord, Celtic, Arsenal dan ikut memberi andil merebut trofi Liga Champions bersama Barcelona adalah pencapaian luar biasa.

Piala Dunia 2010 di Afsel juga mempunyai catatan tersendiri di hati orang Maluku. Selain kapten timnas Belanda adalah pemain keturunan Maluku pertama, pada pertandingan Belanda melawan Denmark, empat pemain pemain keturunan Maluku bermain bersama yaitu Giovanni van Bronckhoorst, Johny Heitingga, Demy de Zeeuw dan Nigel de Joong. Belum lagi masih ada striker Robin van Persie, meskipun ia keturunan Jawa (neneknya).

Saya berani mengatakan pemain keturunan Maluku tidak pernah habis. Mau bukti? Ini beberapa nama pemain keturunan Maluku yang siap-siap menggantikan era Giovanni dkk beberapa tahun mendatang.

Michael Timisela, Sven Taberima, Christian Supusepa, Robert Timisela (Ajax Amsterdam), Mathija Marunaya, Gaston Salasiwa (AZ Alkmaar), Ignacio Tuhuteru, (FC Groningen), Marciano Kastirejo, Max Lohy, Stefano Lilipaly (FC Utrecht), Domingus Lim-Duan, Nelljoe Latumahina, Juan Hatumena, Petu Toisuta (FC Zwolle), Djilmar Lawansuka (Feyenoord Rotterdam), Raphael Tuankotta (21, Volendam Yunior), Justin Tahaparry (21, FC Eindhoven), Estefan Pattinasarani (17 tahun, AZ Alkmaar), Tobias Waisapy (18, Feyenoord Yunior).

Jadi, kalau orang Maluku identik dengan timnas Belanda, bukan sebuah keterpaksaan, bukan sekedar ngefans, tetapi sejarah dan hubungan persaudaraan yang masih terjalin sampai sekarang.

Ya sudah, semoga ini catatan untuk PSSI, kenapa takut untuk menaturalisasi pemain-pemain keturunan? Lihatlah Timnas Percancis dengan pemain multiras dan etnik (Aljazair, Maroko, Senegal, Maladewa). Atau Timnas Jerman di Piala Dunia kali ini , yang bukan hanya berhasil meruntuhkan tembok pemisah barat dan timur, tetapi meruntuhkan juga tembok rasisme. Mereka berhasil menyatukan Cacau (Brazil), Jerome Boateng (Ghana), Samy Khedira (Turki), Mesut Ozil (Turki) dan Lucas Podolski (Polandia) berbaur bersama darah-darah muda Der Panser

http://idn-soccer.blogspot.com

Entri Populer