Senin, 04 April 2011

"Rapper Asal Maluku"


Nyong Ambon yang satu ini punya talenta, dia bisa rap. Dia dolo beta pung tamang SMA malahan satu klas lai. Dolo waktu pertama beta lia dia rap itu di dalam klas pas dia manyanyi Eminem pung lagu mockingbird kalo seng sala. Saat itu asiiiik eee karna beta jua suka yang kaya bagitu. Seng usa lama-lama lai, ini dia pung biodata.

Nama : Allen Berrov Seipalla
Alias : A.K.A B'SHIT
T.T.L : Ambon, 07 September 1989 (21 Tahun)
Talenta : Jadi Seorang Rapper
Status : Belum Kawin
Pekerjaan : Belum Bekerja
Email : allen.bierhoff@yahoo.com
Facebook : Allen Oncho Bierhoff
Twitter : @allen_jaschua

Itu dia pung info yang beta tau, tapi beta kasi kamong samua dengar di pung lagu. Lagu yang beta kasi ni dia manyanyi deng Group..

  • MHC (Junior_Allen_E-NJ) - Pesta Kampong
  • MHC - Bakar Lantai Dansa
  • THEBAKUTUMBU CLAN - Ima Back
Nanti kalo ada kesempatan baru beta taru linknya.

Danke Banya Lai par Allen
GBU

Glenn Fredly (Nyong Ambon)

Biodata:
Glenn Fredly Deviano Latuihamallo

Tanggal lahir Glenn FredlyJakarta, 30 September 1975Lihat Lirik Lagu Glenn Fredly

Biografi :

Glenn Fredly atau lengkapnya Glenn Fredly Deviano Latuihamallo, lahir 30 September 1975. Ia dikenal sebagai penyanyi yang pada Anugerah Musik Indonesia 2001 (AMI) pernah meraih penghargaan kategori lagu terbaik dan penyanyi pria terbaik untuk lagu musik R&B.

Sejumlah album Glenn yang pernah dirilis di antaranya GLENN (1998), Kembali (2000), Selamat Pagi, Dunia! (2003), OST Cinta Silver (2005), Aku & Wanita (2006) dan Terang (2006).

cover

Title: LOVEVOLUTION
Artist: Glenn Fredly
new album with 1st single CUMA KAMU dan 2nd single TERSIMPAN

Tracks:
1. Pelangi
2. Tersimpan
3. Nyali Terakhir
4. Linda (I Want You)
5. Lovevolution
6. Let�s Say Love
7. Brown Eyed Girl
8. Timur
9. Hurt So Bad
10. Aku & Sepedaku
11. How Can I
12. No One Else But You
13. Cuma Kamu
14. Karena Cinta


Beta Sempat Foto Bareng deng Nyong Ambon yang satu ini ketika ketemu di Tirta Kencana (Amahusu) tanggal 31/03/2011. Pas katong dua iko kegiatan Ruma Be+a, salah satu kegiatan untuk mengenalkan Budaya dari Maluku.

Hanny Frangky Pattikawa

Ungkapan Cinta HONEY Lewat Lebih Dari Cinta

Satu lagi solois asal ambon yang mencoba mengikuti jejak seniornya Glenn Fredly di blantika musik indonesia Hanny Frangky Pattikawa atau yang akrab disapa Honey,merupakan salah satu finalis Indonesian Idol tahun 2007.Lahir di ambon,23 Maret 21 tahun yang lalu.

Honey memulay debutnya dengan menyanyi si berbagai gereja dan Event.
Sebelum sukses menembus 14 besar Inonesian Idol yang ke -4.pada tahun 2005 dan 2006 Honey telah berhasil menjadi finalis Bintang Pelajar danBintang radio.
Diluar berbagai prestasi yang telah di raihnya,Honey juga sering tampil diberbagai pentas seni.Penampilanya yang terbaru adalag saat dia menyanyi di event Java Jazz Tahun 2009.

Single terbaru Honey sebenarnya bukanlah pertamanya.seperti halnya Joy Tobing,senior HONEY dI Idol,ia juga sudah memiliki album rohani dan album daerah yang dirilis pada tahun 2008 dan 2009
Kini Honey hadir di tahun 2010 dengan single terbaru di jalur sekuler meramaikan Pasar Musik Indonesia

Dengan single berjudul ‘’ Lebih Dari Cinta’’ dibawah label 8pProduction arasement musicnya di percayakan salah satu musisi ternama indonesia Irwan Simanjuntak yang juga membantu proses pembuatan mini album salah satu musisi belanda berdarah indonesia –belanda Ilja Alexander.

Dengan suara khas Honey di single ini mengambarkan perpaduan warna musik kerispatih dan Glenn fredly.single yang di ciptaiin Pedro Lohy ini emamg benar- benar sesuai dengan kaharakter vokal dari Honey,single ini sudah di promosi di berbagai radio di tanah air mulai awal februari 2010.

Artis : HONEY
Single :‘’Lebih Dari Cinta’’
Cipt : Pedro Lohy
label : 8pProduction

Minggu, 03 April 2011

Air Salobar Tapal Kuda

PEMANDANGAN baru di tepi pantai Tapal Kuda Air Salobar. Setiap sore, belasan orang terlihat nongkrong dengan santai di tenda-tenda yang berjejer di sepanjang jalan Air Salobar. Mereka umumnya bersantai sambil mencicipi rujak khas Tapal Kuda sambil menyaksikan speed boat lalu lalang di perairan Teluk Dalam, Kota Ambon, atau kapal-kapal ikan dan kapal penumpang milik PT Pelni melintas di perairan Laut Dalam. Anak-anak kecil dengan riang bermain air di tepian berbatuan pantai Air Salobar yang ada di bawah talud tepian jalan Air Salobar. Meskipun air laut di sekitar pantai Air Salobar relatif jauh dari kebersihan, anak-anak dan masyarakat sekitar tampak sangat menikmatinya. Suasana akan semakin ramai pada akhir pekan. Jika angin sedang kencang, tak sedikit anak muda yang datang ke pantai Air Salobar itu untuk berenang. Memancing, bermain air, atau sekadar melewatkan senja dengan menikmati pemandangan di sekitar laut Air Salobar. Itulah aktivitas baru yang bisa dilakukan oleh warga Ambon di laut Air Salobar- Tapal Kuda sejak konflik melanda negeri Pala Cengkeh. Pantai Air Salobar yang sering dipakai berenang itu terletak di depan Kantor Dinas Perhubungan Provinsi Maluku.

Sebagai sebuah kota, Ambon yang kenyang dengan julukan Manise, Negeri Pala Cengkeh, negeri Minyak Kayu Putih, negeri Bahari, negeri rempah-rempah, dan negeri seribu pulau, yang dibangun sekitar akhir abad ke-16 memiliki eksotisme di setiap sudutnya.

Perkampungan warga asli Ambon di tepian laut Air Salobar, Pelabuhan Speed boat, dan objek wisata Batu Capeo adalah beberapa contoh bagian kota yang menjadi landmark, bangunan penanda ciri khas di sekitar lokasi rekreasi Air Salobar ini. Bagi pendatang atau pelancong dari luar Ambon, tempat-tempat itu berpotensi menjadi tujuan wisata kota yang cukup menarik.

Sayangnya, selama ini tempat-tempat itu tidak dikelola dalam satu paket wisata kota yang dikemas secara menarik. Maka, ketika konflik melanda Maluku Januari 1999 potensi wisatapun terpuruk seiring kehancuran Kota Ambon empat tahun silam. Pemerintah kota (pemkot) beberapa waktu lalu segera menggenjot gagasan untuk menciptakan kawasan wisata laut berupa hutan bakau di desa Passo, namun objek rekreasi baru seperti pantai Air Salobar yang mampu merangkum sebagian besar keindahan Kota Ambon justru dikemas sendiri oleh masyarakat secara alamiah.

Secara alami pula warga sekitar khususnya ibu-ibu rumah tangga berinisiatif untuk berjualan di sepanjang Jalan Dr.Malaihollo itu untuk menjamu masyarakat yang berkunjung sekaligus berekreasi dan berenang di pantai Air Salobar. Ny.Henny Pieterz (55) salah seorang ibu penjual rujak mengaku sudah tiga tahun berjualan di Jalan Dr.Malaihollo, padahal sebelumnya dirinya hanya menjadi ibu rumah tangga biasa, namun sejak konflik kemanusiaan lalu dirinya disibukkan setiap hari dengan jualan rujak dan bakso, apalagi akhir pekan dan hari Minggu. “Semua yang berjualan di sini adalah warga Air Salobar namun ada beberapa yang dari Kudamati,” kata Pieterz.

Dipastikan sepanjang jalan Dr Malaihollo setiap harinya ramai dilewati kendaraan khususnya pada akhir pekan dan Minggu lumayan ramai. Rujak, es buah dan bakso-pun terjangkau pengunjung berkisar Rp 3.500 – Rp 4.000. Ny Henny Pieterz dan ibu-ibu penjual lain umumnya berjualan mulai jam 11.00 hingga 18.30 .

Berbentuk Huruf H

Kota Ambon yang meliputi wilayah sepanjang kedua teluk, yaitu Teluk Ambon (Teluk Luar dan Teluk Dalam) serta Teluk Baguala seluas 377 km persegi. Pulau Ambon terletak di selatan Pulau Seram dengan luas 945 Km persegi, begitu kecilnya pulau ini sehingga nampak bagaikan titik yang paling kecil di peta dunia. Pulau Ambon berbentuk huruf “H” besar yang miring, seakan-akan membentuk dua pulau yang dihubungkan dengan daratan selebar kurang dari satu mil antara Teluk Dalam dan Teluk Baguala.

Bagian pulau sebelah utara yang lebih besar adalah Jazirah Leihitu dan sebelah selatan adalah Jazirah Leitimor. Sepanjang jalan dari daerah Tapal Kuda hingga ke desa paling ujung Kecamatan Nusaniwe terdapat sejumlah objek wisata yang sangat menjanjikan bagi pemasukan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari sektor pariwisata bagi Kota Ambon.

Kota Ambon masih dikelilingi oleh objek wisata pantai seperti pantai Felawatu, Santai Beach, pantai Namalatu, Tanjung, pantai Leilisa, Batu Konde, Pintu Kota, Batu Palungku, pantai Natsepa, Pantai Honimua, pantai Batu Kuda, pantai Manuala, Batu Capeo, pantai Amahusu, pantai Leihari, pantai Toisapu, dan pantai Hukurila. Di sekitar pulau Ambon terdapat 33 lokasi selam.

Selain wisata pantai, kawasan-kawasan pegunungan juga mewarnai indahnya Kota Ambon. Pegunungan di bagian tengah pulau Ambon, menjadikan pulau ini memiliki keindahan alam tersendiri, di sini dapat ditemui berbagai atraksi wisata alam maupun sejarah-budaya seperti taman laut, tanaman pala, cengkeh, benteng-benteng, gereja-gereja tua, masjid tua, museum dan lainnya.

Pemilihan area di Air Salobar yang saat ini berada di sekitar Asrama Komando Distrik Militer 1504 dan Komando Rayon Militer 1504-6 Pattimura bisa dikatakan sebuah keputusan yang sangat pas. Awalnya, kawasan yang diapit oleh objek wisata Batu Capeo dan dermaga speed boat maupun Pelabuhan Benteng itu sepi. Namun sejak pecah konflik wilayah Air Salobar dan Tapal Kuda Benteng menjadi tempat yang ramai dengan munculnya dermaga speed boat baru, hadirnya pasar kaget tradisional yang melayani pemasok ikan dan sayuran dari desa Hatu, Laha, Tawiri, Hative Besar dan Wayame maupun desa Latuhalat serta objek wisata baru Pantai Air Salobar sejak akhir tahun 2001.

Penataan Tapal Kuda

Pembangunan dan penataan kawasan di sekitar Tapal Kuda diproyeksikan akan menjadi tempat hiburan terbuka yang menjual pesona Pantai Air Salobar. Secara teknis, Pantai Air Salobar akan dibentuk menjadi daerah yang letaknya agak menjorok karena dipenuhi batu karang.

Meskipun setiap hari dipenuhi oleh penduduk setempat maupun warga yang datang dari Kecamatan Sirimau, daerah ini tidak dilirik sedikit pun oleh Dinas Pariwisata Kota Ambon.

Untuk melengkapi kawasan tersebut warga masyarakat berinisiatif sendiri untuk berjualan makanan ringan maupun makanan khas, Rujak Air Salobar. Walau demikian Pemkot Ambon tetap tidak berniat membenahi ruas jalan maupun lokasi Tapal Kuda tersebut. Sempitnya area wisata baru ini cukup menyulitkan masyarakat yang bertandang ke Air Salobar untuk memarkirkan kendaraan. Jika dilihat dari desa Hative Besar Kecamatan Teluk Ambon-Baguala Tapal Kuda dan Pantai Air Salobar pemandangan yang tampak adalah sejumlah speed boat dan tenda-tenda dengan latar belakang deretan pohon akasia.

Di malam hari, suasana akan terasa lebih dramatis walaupun daerah ini jelang sore sepi pengunjung. Tidak ada cahaya dan deretan lampu-lampu taman yang menciptakan refleksi warna kuning pada permukaan laut, yang ada kegelapan malam. Pada malam hari yang ditemui hanya orang yang memancing atau pasangan muda-mudi yang asyik memadu kasih di bawah pohon akasia.

Warga Ambon memang kekurangan ruang publik sebagai tempat rekreasi terbuka. Keberadaan tempat terbuka, seperti taman tidak ada sama sekali, derap pembangunan kota, menyisihkan sejumlah taman seperti Taman Belakang Kota dan Pantai Losari sepanjang Pantai Mardika. Taman rekreasi belakang kota misalnya adalah sebuah contoh tempat rekreasi murah meriah bagi masyarakat yang tergusur akibat konflik.

Dari sektor pariwisata, Pemkot Ambon tidak memiliki rencana apa pun untuk pengembangan sektor ini ke depan. Pemkot Ambon tidak juga memiliki usaha apapun untuk menghidupkan kembali kembali sejumlah wisata pantai di Kecamatan Nusaniwe.

Suasana Damai

Beberapa bulan terakhir ini, pascakonflik 25 April lalu suasana keramaian pada objek wisata pantai di Kota Ambon masih ramai, walau beberapa waktu lalu jalan yang menghubungkan pusat kota dengan beberapa objek wisata tersebut ditutup karena dinilai rawan.

Setelah situasi semakin baik, beberapa objek wisata pantai kembali ramai dikunjungi masyarakat lokal. Pantai Namalatu, Felawatu, Santai, Natsepa dan Liang merupakan objek-objek yang menjanjikan bagi masa depan pariwisata di Kota Ambon khususnya.

Ambon adalah kota yang dikelilingi pantai, tidak heran jika pantai merupakan tempat wisata utama masyarakat. Pada hari Minggu, hampir bisa dipastikan tempat-tempat itu selalu dipadati pengunjung, terutama sejak menjelang siang hingga sore, saat warga-warga yang beragama Kristen membanjiri pantai, setelah beribadah di gereja pagi harinya. Keramaian ini sempat lenyap, saat Ambon dilanda konflik beberapa waktu lalu. Namun sejak situasi makin damai, orang-orang mulai kembali ke pantai. Kedua komunitas membaur tanpa rasa curiga dan takut.

Misalnya pantai Hunimua, di Desa Liang, Kecamatan Salahutu. Pantai ini yang berjarak 34 kilometer dari Kota Ambon ini, objek wisata ini terletak di daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun kini baik warga Islam maupun Kristen menikmati keindahan objek wisata ini sambil melepas keletihan. Elia Lazarus (60) seorang bapak tua, dengan santainya mengaku sangat gembira bisa berekreasi di pantai Liang setelah hampir lima tahun dirinya tidak pernah lagi menginjakkan kakinya di pantai ini.

“Sebelum konflik, saya dan keluarga memang sering ke sini kalau liburan, senang sekarang bisa kembali ke sini,” ujarnya.

Hal senada diungkapkan Johny Parera (32), seorang warga Kristen penggemar olahraga pancing, yang datang bersama rekan-rekannya. Ia ke sini bukan hanya untuk menyalurkan kembali hobi memancingnya tapi menumpahkan rindu bertemu kembali teman-teman lamanya yang Muslim. Meski tanpa membuat janji, ia yakin bila ke Hunimua, pastilah bertemu dengan satu-dua kawan lamanya dari komunitas Muslim.

Damainya kegembiraan di Hunimua ini tampak juga dari interaksi antara pengunjung Kristen dengan pedagang tradisional lokal yang beragama Islam. Hampir di setiap tenda-tenda kecil tempat para pedagang menjajakan rokok, rujak, minuman ringan, rebusan jagung dan penganan kecil lainnya, pengunjung Kristen tampak berbelanja dengan tenang.

Suasana pembauran seperti di Pantai Hunimua, tampak pula di Santai Beach di desa Latuhalat, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon. Meski pun Santai Beach terletak di kawasan komunitas Kristen, banyak warga Muslim datang ke sini tanpa ragu.

Santai Beach yang luasnya sekitar satu hektare, terkesan lebih eksklusif. Pantai yang dikelola Akai, pengusaha lokal, ini dilengkapi dengan beberapa bangunan dan instalasi pendukung lainnya. Petugas di loket karcis menjelaskan, para pengunjung yang datang setiap hari libur bisa mencapai 1.000-an orang. Mereka terdiri dari dua komunitas. Terlihat, beberapa perempuan berjilbab, tanpa kikuk berjalan dengan anak-anak.

Salah satu pengunjung Muslim, Yuli Suhairman (50), mengaku senang pada situasi Ambon sekarang. “Selama ini katong rindu kumpul bersama, tapi konflik bikin katong tapisah. Situasi su baik kembali, katong ingin hidup berdampingan dengan basudara Kristen seperti dulu,” katanya dengan dialeg kenatl Batu Merah.


LOKASI REKREASI – Pantai Air Salobar yang terletak di tepi jalan Dr Malaihollo, Kota Ambon, kini menjadi lokasi rekreasi warga yang setiap sore hari berenang di pantai tersebut.

Imigrasi

Status Tertib Sipil di Maluku saat ini sebenarnya cukup membantu pemulihan pariwisata di Maluku. Warga asing yang hendak ke Maluku khususnya ke Ambon tidak perlu lagi memakai Surat Izin Khusus (SIK) dan itu telah dikeluarkan sejak September 2003 lalu.

Mantan Kepala Kantor Imigrasi Maluku Wiryono mengatakan kepada Pembaruan pekan lalu dalam acara serah terima dirinya, setelah status darurat sipil dicabut, SIK memang tidak diperlukan lagi. Namun kelengkapan surat-surat seperti visa dan paspor tetap diwajibkan.

Wiryono menjelaskan, karena di Maluku belum ada penerbangan internasional yang langsung masuk, pemeriksaan bagi warga asing sudah tidak terlalu ketat lagi. Ditambahkan, bagi pihaknya semua urusan tentang surat-surat mereka dianggap sudah clear, karena pemeriksaan surat-surat sudah dilakukan di Jakarta atau Bali. Jadi Imigrasi Ambon hanya sebatas monitoring.

“Imigrasi hanya memeriksa berapa lama masa berlaku visa. Monitoring itu perlu, sebab tidak semua warga asing yang berkunjung ke Maluku dapat memperpanjang masa berlaku visanya,” kata Wiryono. Ada standar khusus katanya, yang perlu diperhatikan sebelum memperpanjang masa berlaku visa mereka.

Lebih jauh diungkapkan, warga asing yang dapat memperpanjang visanya adalah mereka yang terlibat urusan bisnis atau urusan pekerjaan dan lainnya. Namun sebelum diperpanjang, warga asing harus bisa membuktikan kalau maksud kunjungannya adalah dalam rangka pekerjaan ataupun bisnis.

Ketika Maluku masih dalam status darurat sipil saja Wiryono mengatakan, cukup banyak warga asing berkunjung ke Maluku, dan semuanya memiliki SIK. Peningkatan jumlah kunjungan orang asing ke Maluku terjadi tahun 2003.

Kondisi Maluku kian membaik maka angka kunjungan mengalami peningkatan. Dibanding tahun 2001-2002, angka kunjungannya tidak sebanyak tahun 2003 lalu.

Pada tahun 2003, jumlah kunjungan warga asing ke Maluku setiap bulan adalah, Januari 75 orang, Februari 43 orang, Maret 57 orang, April 52 orang, Mei 56 orang, Juni 80 orang, Juli 170 orang dan Agustus sebanyak 66 orang.

Pengunjung yang datang kebanyakan berasal dari Eropa dan Amerika. Selain itu, menurut dia, ada juga beberapa warga negara Cina, Jepang dan lainnya, dan kebanyakan dari pengunjung ini berbisnis, dan juga ada yang melakukan kerja dengan Pemerintah Daerah.

Jumlah pegawai kantor Imigrasi semenjak kerusuhan, banyak yang eksodus ke luar daerah, kini sudah mulai kembali dan melakukan tugas-tugasnya. “Dalam pelaksananaan tugas di kantor ini telah terjadi pembauran sehingga kami sudah tidak bekerja secara terpisah-pisah lagi, “jelas Wiryono.

Warga Asing

Secara terpisah, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Maluku Ir Piet Mustamu baru-baru ini mengungkapkan, keamanan memang masih jadi masalah utama di Maluku, tapi selain itu secara global memang terjadi penurunan dunia pariwisata karena terjadinya tragedi WTC, kasus bom Bali dan ancaman SARS.

Para turis tambahnya, datang dengan menggunakan kapal pesiar, yang langsung mengunjungi titik singgah. Misalnya, sebelum tragedi ledakan World Trade Centre (WTC), ada kapal pesiar dari luar negeri dengan membawa 140 turis datang ke Maluku termasuk Banda.

Lebih lanjut Mustamu membeberkan, sebelum kerusuhan melanda Maluku, jumlah turis asing ke Maluku cukup signifikan. Tahun 1998, turis asing ke Maluku sebanyak 14.258 orang. Jumlah ini nyaris sama banyak dengan turis domestik yakni 14.560 orang. Namun ketika Maluku dilanda konflik, jumlah turis asing turun menjadi 650 orang. Jumlah kunjungan terendah terjadi tahun 2000 ketika hanya 203 orang asing berkunjung ke Maluku.

Mustamu mengatakan, tahun 2001 hingga 2003, jumlah turis asing cenderung meningkat setelah konflik makin menurun. Dikatakan, jumlah kunjungan orang asing tahun meningkat menjadi 510 tahun 2001 dan naik lagi menjadi 628 tahun 2002. Kini, di paro pertama 2003 saja, jumlah turis asing ke Maluku sudah 515 orang.

SUARA PEMBARUAN/ VONNY LITAMAHUPUTTY









Sambil menikmati sore yg indah habisin sebatang rokok dan meliat anak2 dengan senangnya terjun bebas dari jembatan mengingatkanku pada masa2 kecil
Foto : http://noaulu.blogspot.com

Goresan Indah Banda Neira

Air laut jernih, halus pasir pantai putih, dan keindahan taman bawah laut menjadikan Kepulauan Banda obyek wisata lengkap.

Salah satu daya tarik pariwisata Kepulauan Banda adalah keindahan taman lautnya, yang bertebaran jauh di kedalaman. Tak salah memang jika taman taut di Kepulauan Banda menjadi magnet kuat menjadi daya pikat wisatawan, khususnya penggemar olahraga menyelam. Terumbu karang yang tersebar di kepulauan ini adalah yang terkaya di dunia. Dari 700 jenis karang di dunia, sekitar 432 jenis karang (64 persen) terdapat di Kepulauan Banda. Sungguh potensi yang menakjubkan.

Banda secara administratif masuk dalam Kabupaten Maluku Tengah. Ada tiga pulau besar dari 11 pulau yang terdapat di sini. Ketiga pulau tersebut adalah Pulau Neira, Pulau Banda Besar, dan Pulau Gunung Api. Tujuh pulau sisanya merupakan pulau-pulau kecil, yang memiliki pantai indah dan berpasir halus.

Setidaknya terdapat sekitar 52 lokasi penyelaman di sini. Setiap titik penyelaman memiliki keindahan dan kekayaan biota laut yang tidak terdapat di tempat lain. Beberapa referensi menyarankan, jika ingin menyelam di kepulauan ini waktu yang tepat adalah pada Maret-April atau September-Oktober, saat ombak dan angin laut bersahabat.

Sonegat Arm, merupakan salah satu dive site terdekat dari Kota Banda Neira. Kawasan ini terletak antara Pulau Neira dan Pulau Gunung Api. Ikan-ikan penghuni lokasi ini antara lain emperor angelfish dan blue girdled. Selain itu Keraka Island, pulau ini pun memiliki pantai yang menakjubkan. Di lokasi ini terdapat large blue dan yellow tunicates yang menutupi sebuah mini-wall setinggi 18 meter.

Sementara jika menyelam di lokasi Batu Belanda, selain keindahan barrel, tube sponge, beragam jenis ikan dari kelompok large emperor, blue girdled angelfish, wrasses, large pinnate batfish, akan menjadi teman yang menyenangkan.

Lokasi lain yang juga kaya jenis ikan terdapat di Pulau Hatta. Ikan-ikan cantik seperti rainbow runners, unicornfish, fusiliersm jack fish, bisa dijumpai di sini. Terdapat juga dari jenis whitetip sharks, napoleon wrasse, dan hawksbill turtles.

Di pulau yang berjarak sekitar 25 kilometer dari Pulau Banda-Neira ini terdapat skaru atoll. Masih banyak lagi lokasi penyelaman yang menawarkan permadani bawah air seperti di Pulau Sjahrir, Pulau Ay, Pulau Lontar, dan Pulau Gunung Api.

Bukan hanya taman bawah air yang di miliki Banda, kepulauan yang terletak di sebelah tenggara ibukota Maluku ini memiliki daratan yang subur. Bangsa-bangsa Eropa sudah mengetahui kekayaan alam kepulauan Banda sejak abad ke-15 silam.

Keberadaan rempah-rempah yang melimpah di sini, jadi salah satu alasan utama para pelaut dari belahan dunia lain rela menerjang badai dan ombak besar menuju Kepulauan Banda. Nama Banda pun kemudian kondang sebagai tempat penghasil rempah-rempah nomor wahid di dunia.

Di abad pertengahan, Banda menjadi pusat rempah-rempah, ini membuat bangsa- bangsa Eropa rela menjaganya mati-matian agar tak jatuh ke bangsa lain.

Orang-orang Portugis menjadi bangsa Eropa pertama yang menginjakkan kakinya di sini. Mereka menjadi arsitek awal pembangun kawasan Banda. Kolonial Belanda kemudian melanjutkannya dengan konsep gaya Eropa.

Jejak-jejak peninggalan para pemburu rempah-rempah itu masih bisa disaksikan hingga saat ini. Kokohnya benteng-benteng pertahanan di kepulauan ini menjadi bukti, begitu pentingnya kawasan ini di mata bangsa Eropa kala itu, saat masa Gold-Glory-Gospel.

Beberapa peninggalan masa penjajahan yang masih bisa disaksikan antara lain Benteng Nassau. Awalnya, pondasi Benteng ini dibangun orang-orang Portugis pada 1609. Sebelum rampung membangun benteng, Portugis keburu diusir Belanda. Pembangunan benteng ini pun dilanjutkan Belanda pada 1617.

Satu lagi benteng yang masih terjaga baik, Benteng Belgica, namanya. Keindahan benteng yang dibangun Pieter Both ini banyak membuat wisatawan mancanegara kagum dengan bentuk arsitekturnya yang berbentuk segi lima. Selain kedua benteng itu, terdapat ada pula benteng Hollandia di Pulau Lontar dan Benteng Revenge yang berlokasi di Pulau Ay.

Bangunan yang tak kalah menarik untuk dikunjungi adalah Istana Mini. Pada masa lalu, Bangunan ini digunakan sebagai tempat tinggal para petinggi VOC dan NHM. Didirikan pada 1622, Istana Mini berfungsi sebagai gudang penyimpanan rempah-rempah.

Banda masih memiliki rumah-rumah bekas peninggalan zaman penjajahan. Salah satunya, bangunan tua yang sekarang digunakan sebagai Kantor Polisi Sektor Pulau-Pulau Banda. Kondisi bangunan ini masih terawat baik. Terdapat pula sebuah gereja tua yang dibangun Mauritz Vantzius dan Johan Wilhelm Hoeke. Masa pembangunan gereja ini dimulai 20 April 1873 hingga 23 Mei 1875.

Pada awal 1900-an, Banda Naira (kadang disebut “Neira”) pun dijadikan sebagai tempat pengasingan pejuang kemerdekaan. Tokoh-tokoh bangsa yang pernah dibuang di sini adalah Mohammad Hatta, Sutan Sjahrir, dr Cipto Mangunkusumo (1928), Iwa Kusumasumantri (1930), serta beberapa anggota organisasi Sjarikat Islam (SI) pernah merasakan masa getir di tempat pembuangan ini.

Rumah pengasingan para pejuang bangsa itu menjadi saksi bisu sejarah Banda Neira dan negeri ini. Beragam cerita duka dan perjuangan tersimpan apik di rumah-rumah bekas tempat pengasingan tersebut. Kini, lokasi-lokasi tersebut menjadi obyek wisata sejarah yang menarik untuk dikunjungi.

Aktivitas wisata alam lain yang tak kalah menarik untuk di coba adalah mendaki Gunung Api yang berada di Pulau Gunung Api. Meski hanya memiliki ketinggian kurang dari 1.000 meter, gunung ini tetap punya daya tarik dan cukup menantang untuk ditaklukkan. Anda tertantang mencumbui di alam indah kepulauan ini?

Sumber: Majalah Travel Club, www.potlot-adventure.com

Pulau Banda

Banda Neira memiliki lokasi wisata yang menarik dikunjungi, seperti Rumah Budaya di Jalan Gereja Tua. Bangunan ini dulunya merupakan vila pejabat Belanda. Bangunan tua ini kini dimanfaatkan sebagai museum.

Koleksi yang bisa di saksikan disini adalah, mata uang kuno, peta dan helm kuno, serta lukisan yang menceritakan peperangan masa lalu.

Lokasi wisata sejarah lainnya adalah Benteng Nassau, peninggalan bangsa Belanda. Benteng ini pertama kali dibangun oleh bangsa Portugis pada 1529.

Jejak masa kolonial dan bekas rumah pembuangan tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, Mohammad Hatta, Sutan Syahrir dan Dr Ciptomangunkusumo terdapat di sini.

Rumah pembuangan ketiga tokoh masih menyimpan barang-barang yang digunakan semasa pembuangan mereka.

Sumber: Majalah Travel Club (www.potlot-adventure.com)

Taman Nasional Manusela


Peta Taman Nasional Manusela

Taman Nasional Manusela merupakan perwakilan tipe ekosistem pantai, hutan rawa, hutan hujan dataran rendah dan hutan hujan pegunungan di Maluku. Tipe vegetasi yang terdapat di taman nasional ini yaitu mangrove, pantai, hutan rawa, tebing sungai, hutan hujan tropika pamah, hutan pegunungan, dan hutan sub-alpin.

Beberapa jenis tumbuhan di taman nasional ini antara lain tancang (Bruguiera sexangula), bakau (Rhizophora acuminata), api-api (Avicennia sp.), kapur (Dryobalanops sp.), pulai (Alstonia scholaris), ketapang (Terminalia catappa), pandan (Pandanus sp.), meranti (Shorea selanica), benuang (Octomeles sumatrana), matoa/kasai (Pometia pinnata), kayu putih (Melaleuca leucadendron), berbagai jenis anggrek, dan pakis endemik (Chintea binaya).

Sekitar 117 jenis burung terdapat di Taman Nasional Manusela, dimana 14 jenis diantaranya endemik seperti kesturi ternate (Lorius garrulus), nuri tengkuk ungu/nuri kepala hitam (L. domicella), kakatua Seram (Cacatua moluccensis), raja udang (Halcyon lazuli dan H. sancta), burung madu Seram besar (Philemon subcorniculatus), dan nuri raja/nuri ambon (Alisterus amboinensis).

Burung kakatua seram merupakan salah satu satwa endemik Pulau Maluku, keberadaannya terancam punah di alam akibat perburuan liar, perusakan dan penyusutan habitatnya. Satwa lainnya di taman nasional ini adalah rusa (Cervus timorensis moluccensis), kuskus (Phalanger orientalis orientalis), soa-soa (Hydrosaurus amboinensis), babi hutan (Sus celebensis), luwak (Pardofelis marmorata), kadal panama (Tiliqua gigas gigas), duyung (Dugong dugon), penyu hijau (Chelonia mydas), dan berbagai jenis kupu-kupu.

Terdapat sungai-sungai yang mengalir deras, dengan konfigurasi topografi terjal, enam buah gunung/bukit dengan Gunung Binaya yang tertinggi (± 3.027 meter dpl).

Masyarakat desa Manusela, Ilena Maraina, Selumena, dan Kanike, merupakan enclave di dalam kawasan Taman Nasional Manusela. Masyarakat tersebut telah lama berada di desa-desa tersebut, dan percaya bahwa gunung-gunung yang berada di taman nasional dapat memberikan semangat dan perlindungan dalam kehidupan mereka. Kepercayaan mereka secara tidak langsung akan membantu menjaga dan melestarikan taman nasional.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Tepi Merkele, Tepi Kabipoto, Wae Kawa. Menjelajahi hutan, panjat tebing, pengamatan satwa/tumbuhan.
Pasahari. Pengamatan satwa rusa dan burung.
Wai Isal. Berkemah, menjelajahi hutan, pengamatan satwa/tumbuhan.
Pilana. Pengamatan kupu-kupu dan menjelajahi hutan.
Gunung Binaya. Pendakian, menjelajahi hutan dan air terjun.

Atraksi budaya di luar taman nasional yaitu Festival Masohi pada bulan November, perlombaan Kora-kora pada bulan April dan Darwin-Ambon International Yacht pada bulan Juli di Ambon.

Musim kunjungan terbaik: bulan Mei s/d Oktober setiap tahunnya.

Cara pencapaian lokasi: Taman Nasional Manusela dapat dicapai melalui pantai Utara (Sawai dan Wahai) atau melalui pantai Selatan (Tehoru dan Moso). Route dari Moso sangat cocok bagi yang menyukai pendakian, karena kelerengannya sekitar 30%. Dari Ambon ke Masohi menggunakan ferry setiap hari sekitar delapan jam, dilanjutkan ke Saka menggunakan mobil sekitar dua jam, dan ke Wahai menggunakan speed boat sekitar dua jam. Atau, dari Ambon ke Wahai menggunakan kapal laut sekitar 24 jam (3 x seminggu). Dari Masohi ke Tehoru menggunakan kapal motor sekitar sembilan jam, dilanjutkan ke Moso dan Desa Saunulu.

Kantor: Jl. Christina Martha T. No. 2, PO Box 09
Masohi, Maluku Tengah
Telp. (0914) 22164; Fax. (0914) 22165
Dinyatakan —
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 281/Kpts-VI/1997
luas 189.000 hektar
Ditetapkan —
Letak Kabupaten Maluku Tengah,
Provinsi Maluku
Temperatur udara 25° – 35° C
Curah hujan 1.500 – 2.000 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 – 3.027 meter dpl.
Letak geografis 2°48’ – 3°18’ LS, 129°06’ – 129°46’ BT

www.potlot-adventure.com

Negeri Alang tak Dibiarkan Terus “Mamboro”

AMBON–Bermain pasir di tepi pantai merupakan kebiasaan yang gemar dilakukan Inggrid, John, dan Adhit, tiga bocah Desa Alang, Kecamatan Leihitu, Provinsi Maluku.

“Katong ada barmaeng pasir om (Kita sedang main pasir om),” kata Inggrid, ketika ditemui sedang bermain bersama dua sahabatnya itu, di tepi pantai Pasir Putih yang membentang sejauh kurang lebih 500 meter di dekat jalan raya Negeri Alang.

Gadis berkulit hitam dengan rambut agak ikal itu tersenyum dan tertawa kecil saat disapa, demikian pula reaksi yang diberikan kedua sahabatnya.

Membangun istana pasir, lengkap dengan terowongan dan selokan di sekelilingnya, biasa dilakukan anak-anak Negeri Alang saat liburan.

Tempat Inggrid, John, dan Adhit bermain merupakan kawasan pantai berpasir putih yang banyak dihiasi karang papan, batu karang yang tidak tajam sehingga orang yang menginjaknya tanpa alas kaki pun tidak perlu khawatir tergores atau tertusuk.

Kecuali obyek wisata Pantai Natsepa, kawasan pantai di Pulau Ambon umumnya berkarang papan, warnanya putih kekuningan, seperti terlihat di pantai Pasir Putih Alang.

Ditetapkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku sebagai salah satu lokasi kunjungan wisata, pantai tersebut berlokasi di wilayah kecamatan Leihitu Barat, yang mencakup Desa Wakasihu, Larike, Alang, Liliboy dan Hatu.

Menurut Camat Leihitu Barat John Mahulette, kawasan pesisir daerah ini memiliki pesona alam bawah laut dan pemandangan yang eksotik, dan karenanya sangat pantas untuk dijadikan obyek wisata alam, khususnya di tiga lokasi, yakni pantai Pasir Putih, Tapi, dan Alang.

Tapi dan Alang dengan bibir pantai melekuk ke arah daratan memiliki air jernih dengan kombinasi warna hijau (dangkal) dan biru gelap (dalam). Rencananya di dua lokasi itu akan dibangun tempat rekreasi memancing dan menyelam untuk menikmati keindahan alam bawah air, sementara wisatawan yang ingin berjemur dan berenang dapat melakukannya di lokasi Pasir Putih.

Pada hari Sabtu dan Minggu, kawasan pesisir Tanjung Alang cukup ramai dikunjungi wisatawan, meskipun yang berasal dari luar negeri bisa dihitung dengan jari. Dalam bahasa Maluku, kondisi seperti itu bisa diibaratkan “mamboro” (setengah tidur).

Pesta rakyat

Negeri Alang terletak di bagian ujung Barat Teluk Ambon, dan dapat didatangi melalui perjalanan darat melalui sejumlah negeri, yakni Batu Merah, Tantui, Galala, Halong, Latu, Lateri, Paso, Waiharu, Humuth/Durian Patah, Poka, Wayame, Tawiri/Hative Besar, Laha (Bandara Pattimura), dan Liliboy.

Pada akhir pekan, bahu kiri jalan utama di lokasi Pasir Putih dipenuhi puluhan mobil dan motor yang parkir. Di lokasi utama terlihat sejumlah pekerja sedang membuat pondasi lapangan voli pantai.

Melihat potensinya sebagai pesona bagi wisatawan lokal maupun internasional, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata provinsi berupaya membangun Desa Alang sebagai obyek wisata andalan yang dapat memberikan kontribusi besar bagi pendapatan asli daerah.

Sebagai salah satu upaya untuk memperkenalkan obyek wisata Negeri Alang, pemerintah Maluku sedang menyiapkan penyelenggaraan sebuah festival budaya dan pariwisata bertajuk Pesta Rakyat, dijadwalkan berlangsung pada 28 Maret.

Selain jalan darat dari Ambon dan Laha (Bandara Pattimura) menuju Desa Alang sudah dimuluskan, penyelenggara festival sekarang ini sedang sibuk mempersiapkan tempat tinggal bagi para pengunjung yang akan datang.

“Kalau tidak membangun pondok atau hotel, kami akan meminta warga di sini menyiapkan rumahnya untuk tempat menginap. Isitilahnya `homestay`,” kata Kadinas Kebudayaan dan Pariwisata Maluku Ny Florance Sahusilawane.

Menurut dia, untuk pengembangan Negeri Alang sebagai daerah wisata, pihaknya bersama Camat Leihitu Barat dan Raja-Raja Negeri (kepala desa/lurah) Wakasihu, Larike, Alang, Liliboy dan Hatu serta pelaku pariwisata dari berbagai biro perjalanan serta Himpunan Pramuwisata Indonesia Cabang Maluku telah bertatap muka dengan masyarakat setempat dan memberikan masukan tentang bagaimana masyarakat dan pemerintah bersama-sama mengembangkan potensi wisata yang ada di daerah mereka.

Dalam Pesta Rakyat yang dipusatkan di Negeri Alang, para pengunjung akan menikmati berbagai kesenian tradisional dan budaya setempat, juga makanan khas.

Sejauh ini, penyelenggara sudah menyiapkan sejumlah atraksi seperti Tifa Totobuang dan Sawat, yang merupakan kolaborasi seni dari dua tradisi masyarkat Kristen dan Muslim di Maluku, juga atraksi Timba Laor, menangkap cacing laut dengan alat siru-siru yang biasa dilakukan pada periode Maret-April.

Acara lainnya pembinaan sadar wisata dan pemberdayaan masyarakat, peragaan busana daerah, pertunjukan Tari Sagu, Tari Sahureka-reka, Tari Cakalele, Tari Ramas Kasbi (ubi), Tari Sayur Meti, Pencak silat, dan sejumlah permainan termasuk voli pantai, apiong (gasing), jona-jona (tempurung) yang menggambarkan kerinduan anak muda Maluku di rantau untuk pulang ke kampung halaman.

Selain itu, juga akan diadakan pameran sejarah, arkeologi, dan pemutaran film tentang pembangunan yang sekaligus merupakan sosialisai pemilu kepada masyarakat.

Menjadi teladan

Negeri Alang di ujung barat Teluk Ambon terpencil dan terkesan sedikit terisolasi. Kendati mayoritas penduduknya beragama Kristen, mereka dapat hidup berdampingan, rukun dan damai dengan masyarakat negeri tetangga, yaitu Wakasihu dan Larike.

Dengan diresmikannya jalan utama Laha-Wakasihu, sebulan sebelumnya, akses menuju negeri itu pun semakin terbuka, cepat dan lancar. Perjalanan dari ibukota Ambon dengan kendaraan darat hanya menghabiskan waktu 45 menit, menempuh jarak sekitar 45 kilometer.

Terbukanya akses jalan menuju Negeri Alang terbukti pula berbanding lurus dengan peningkatan jumlah orang yang mengunjunginya untuk berekreasi saat liburan, mengingat potensi wilayah pesisirnya yang menarik sebagai tempat rekreasi dan wisata.

Lebih dari itu, Pesta Rakyat yang bakal digelar dipastikan akan semakin membuka keberadaan Negeri Alang, tanah kelahiran Gubernur Maluku Karel Albert Ralahalu, di mata masyarakat nasional dan internasional.

Pemerintah Maluku juga menyatakan harapan agar negeri yang juga dikenal sebagai penghasil langsat (duku) dan durian itu bisa menjadi daerah kunjungan wisata andalan, seperti halnya Pantai Natsepa.

Kehidupan masyarakatnya yang rukun dan bisa berdampingan secara damai, selama ini juga disebut-sebut sebagai teladan yang sangat positif.

www.republika.co.id

Entri Populer